Bincang Buku: Harafisy

Friday, August 08, 2014

Ada dua penulis bernama Najib yang saya suka: Najib Kailani (Kilani) dan Najib Mahfouzh. Keduanya, kebetulan, sama-sama berasal dari Mesir. Nama pertama adalah sastrawan yang berafiliasi ke Ikhwanul Muslimin dan nama kedua, well, saya tidak tahu beliau berafiliasi ke organisasi apa, hehe. Dalam beberapa buku, ejaan Najib biasa tertulis Naguib atau Najib. Supaya enak, saya pakai nama Najib saja. Saya punya banyak buku Najib Kailani, namun Najib Mahfouzh baru punya satu saja. Judulnya Harafisy.

Harafisy diterbitkan oleh penerbit Bentang. Covernya menurut saya sangat indah, ceritanya jauh lebih indah lagi. Buku itu saya beli tujuh tahun yang lalu di toko buku Walisongo, Kwitang. Ada cerita menarik di balik pembelian buku itu. Ceritanya begini.

Hari itu saya dan beberapa teman berangkat ke Istora. Ada pembukaan Islamic Book Fair (IBF) waktu itu. IBF kala itu menjadi istimewa karena esok hari saya sudah harus berangkat ke Luwuk. Maka jadilah pembukaan Islamic Book Fair edisi tahun 2007 jadi momen yang harus saya manfaatkan sebaik mungkin. Dengan menggenggam uang yang tak seberapa, saya berharap bisa membeli buku-buku bagus dengan harga miring.

Sampai di Istora, suasana sudah sangat ramai. IBF edisi saat itu rencananya akan dibuka oleh wapres Jusuf Kalla (JK). Sudah cukup lama kami menunggu tapi pak JK tidak kunjung datang. Dari kasak-kusuk yang terdengar, beliau terjebak macet entah dimana. Karena bosan menunggu, saya dan beberapa teman memutuskan untuk pergi ke Kwitang. Di sana kami jalan masing-masing dan berjanji untuk shalat zuhur di masjid yang ada di basement TB Walisongo. Saya lalu berjalan kesana-kemari, melihat-lihat lapak buku bekas, termasuk ke lapak Buyung yang sering jadi tempat nongkrong saya. Saya membeli beberapa buku berukuran sedang dan membaca-baca beberapa buku lainnya yang berserakan hampir di setiap sudut Kwitang.

Ketika adzan zuhur sudah berkumandang, saya berjalan ke TB Walisongo untuk shalat. Ternyata sedang ada bazar buku murah di pelataran parkir TB Walisongo ketika itu. Setelah zuhur, saya melihat-lihat buku yang dipajang di rak dan dihambur di dalam keranjang. Ada banyak buku bagus berharga murah yang menarik perhatian saya. Salah satu buku yang saya beli ketika itu adalah Harafisy yang ditulis oleh Najib Mahfouz.

Buku dengan cover berwarna hijau lembut itu menarik perhatian saya. Selain itu, saya memang suka membaca buku-buku sastra Timur Tengah. Setelah puas berbelanja – err, buku yang saya beli totalnya sekitar 2 tas plastik besar – kami lalu makan siang. Teman saya, Kusud, mengajak saya kembali ke Istora, siapa tahu IBF sudah dibuka oleh pak JK. Tapi saya lebih memilih pulang. Kami lalu berpisah. Saya pulang dan teman-teman saya yang lain sepertinya memutuskan untuk kembali ke Istora.

Sambil menenteng dua tas plastik berisi buku yang cukup berat, saya berjalan ke stasiun Senen. Saya sengaja mencari bus patas jurusan Ciledug yang masih kosong supaya saya bisa baca buku dengan nyaman. Sepanjang perjalanan Senen-Ciledug yang memakan waktu nyaris dua jam karena macet, saya melahap buku Harafisy yang baru saja saya beli itu dengan antusias.

Pada hari keberangkatan ke Luwuk, saya disibukkan dengan banyak persiapan. Malam hari sebelum berangkat, saya belanja keperluan pakaian untuk ngantor serta barang-barang lainnya. Saya sengaja tidak membeli banyak barang dan hanya membeli dua helai kemeja dan dua buah celana panjang. Selebihnya hanyalah pakaian dalam dan kaus untuk bersantai. Selain baju dan keperluan pribadi, saya juga membawa banyak sekali buku. Buku-buku yang sempat membuat kepala mamak saya menggeleng karena waktu berangkat ke Luwuk saya hanya membawa dua buah tas: tas koper berisi baju-baju dan tas ransel berisi buku-buku.

Berada di tanah rantau yang masih asing dan ketiadaan sanak famili sama sekali membuat saya rakus membaca semua buku yang saya bawa dari Jurangmangu. Meski sepanjang perjalanan Jakarta-Palu-Luwuk saya lebih memilih membaca buku Najib Kailani, namun sesampainya di Luwuk, saat buku Najib Kailani tuntas saya baca, saya memilih buku Harafisy sebagai bacaan selanjutnya. Jadi boleh dibilang, buku Harafisy ini adalah buku yang pertama-tama saya tamatkan saat di Luwuk.

Jadi, apa sebenarnya isi buku Harafisy itu sehingga membuat saya tertarik?

Harafisy adalah cerita tentang orang biasa yang diceritakan secara luar biasa. Orang-orang lintas generasi dengan kedalaman kepribadiannya yang kompleks. Kalau ditanya seperti apa detail ceritanya, jujur saja saya sudah agak lupa meski samar-samar masih saya ingat beberapa nama tokohnya. Mungkin lain kali saya akan membaca buku ini ketika senggang. Anda yang tertarik dengan buku itu bisa bersilaturahim ke rumah saya untuk membacanya. Tapi nggak boleh dipinjam ya, hehe.

Mengingat-ingat kisah dibelinya buku Najib Mahfouz yang juga peraih nobel sastra ini, saya jadi ingin beli buku-bukunya yang lain. Semoga kalau ada rejeki, insya Allah. Salam hangat. [perpustakaanpribadiku]



Kilongan, Agustus 2014
Menjelang berangkat ngantor

You Might Also Like

0 comments